Monday, April 6, 2015

Cerpen --> Antara Cinta dan Benci

Malam itu terasa begitu sunyi, hanya ditemani bintang-bintang yang tersenyum memancarkan sinarnya, aku duduk di sebuah kursi yang berada di taman, terdiam meratapi cerita kehidupan yang telah merenggut semangat hidupku.
Aku teringat akan masa lalu ku yang menyedihkan, dimana aku harus melepaskan cintaku. Bermula dari sebuah acara yang mempertemukan aku dengan andi, seorang yang merupakan panitia pada acara malam itu, di acara itu aku menjadi dancer bersama teman-temanku sehingga banyak waktu untuk aku dan andi bisa bertemu
“hai putri, gimana dancer udah siap” tanya andi padaku.
“ohh udah kok” jawabku sambil melempar senyum padanya.
Andi membalas senyumku dengan tatapan yang membuat dadaku terasa bergejolak dan jantungku terasa berdetak lebih kencang. Ya semenjak acara itu aku jadi lebih dekat dengan andi, kami sering kali komunikasi melalui sms atau janji ketemuan di kafe atau restoran. Hingga pada suatu hari andi mengrimi ku pesan untuk mengajakku makan malam di sebuah restoran dekat pantai, dan aku mengiyakan ajakannya.
Malamnya aku berdandan sedikit lebih baik dari biasanya entah setan apa yang masuk ke dalam tubuhku sehingga aku menjadi sangat memperhatikan penampilan ku pdahhal awalnya aku begitu cuek dengan penampilan ku. Ku dengar bunyi mobil andi di depan rumah, aku bergegas turun sambil tak lupa mengambil tas kecil mungil yang baru saja ku beli, segera aku buka pintu dan ternyata andi sudah berada di depan pintu, terdiam andi menatap ku, memandangiku dari bawah ke atas.
“apa ada yang salah dengan penampilanku, apa aku terlihat aneh?” tanya ku.
“gak kok, malam ini kamu terlihat sangat cantik lain dari biasanya” jawabnya sambil masih memandangiku dengan heran, aku tersenym kecil mendengar pujian dari andi
Setelah berpamitan dengan kedua orangtuaku, aku dan andi langsung berangkat, tapi anehnya andi tidak mengajaku ke restoran tapi dia malah mengajaku ke pantai, di sana telah tertata 2 kursi dengan 1 meja bundar berhias vas dengan hiasan bunga mawar dan sebuah lilin. Saat itu dia meraih tanganku dan berlutut di hadapan kursi yang ku duduki,
“putri, sejujurnya sudah dari lama aku memndam perasaan ini, aku cinta sama kamu, kamu mau jadi pacar aku, put” kata andi sambil menatapku dengan penuh harapan, aku yang syok dengan pernyataan andi hanya terdiam, aku merasa sedang melayang-layang di udara, lelaki yang aku kagumi dan aku cintai selama ini, aku selalu menyembunyikan rasa cinta ku darinya, tapi malam ini dia menyatakan perasaan yang ingin ku ungkapkan selama ini, tanpa pikir panjang aku langsung menjawab iya, dan semenjak itu kami berdua resmi berpacaran.
Jujur saja berpacaran dengan lelaki yang menjadi idaman setiap wanita itu membuat aku tidak tenang, aku selalu cemburu berlebihan jika ngeliat andi deket-deket sama cewek lain, tapi andi selalu menanggapi ku dengan sabar dan selalu meyakinkanku bahwa dia hanya mencintai ku, dan setelah itu aku baru bisa tenang. Memang sikapku seperti anak ABG tapi aku benar-benar khawatir apabila andi berpaling pada salah satu wanita yang berada di dekatnya karena wanita yang selalu ada dengannya meiliki paras dan body yang lumayan lebih baik dari aku itu yang membuat aku selalu tidak nyaman jika meninggalkannya dengan wanita-wanita itu.
Hingga suatu hari seperti biasa jam istirahat siang aku pergunakan untuk makan bersama andi di sebuah kafe dekat sekolah kami, entah apa yang terjadi andi hanya terdiam dan seperti orang yang tak bersemangat,
“kamu kenapa yank, sakit ya, kalo sakit kamu minta ijin pulang lebih awal aja, biar aku yang anter ya?” tanya ku sambil memegangi tangan andi, namun entah apa yang terjadi andi melapaskan tangan ku dari tangannaya, yang membuat ku kaget dan binggung,
“aku gak sakit kok, put apa aku boleh jujur sama kamu?” andi menatapku dengan wajah pucat. “iya boleh kamu mau nanya apa?” jawabku,
“sebenarnya aku masih sayang sama kamu, aku gak bisa menyakiti wanita apalagi wanita yang aku sayangi, kita masih bisa jadi teman, intinya aku tak ingin menyakitimu, lebih baik berteman untuk selamanya, Maaf bila aku membuat kamu kecewa” aku benar-benar terkejut dengan ungkapan andi, lelaki yang selama ini aku anggap setia dan sempurna telah menorehkan luka pada hatiku dan membuat aku sangat kecewa, tanpa banyak bicara dengan air mata yang aku tahan sedari tadi karena aku tak ingin terlihat lemah di hadapan andi.
“ya udah kalo itu keputusan mu, cuma mau ngomongin itu aja kan, kalo udah selesai aku balik aja ya, takut nanti udah masuk kelas” jawabku sambil berjalan meninggalkan andi yang tengah merasa bersalah, segera aku berlari menuju kelas, dengan masih berusaha menahan air mataku aku tak ingin membuat satu kelas bertanya-tanya padaku
Setelah bel pulang berbunyi aku segera bergegas menuju motorku dengan alasan aku tak ingin bertemu dengan andi seseorang yang paling aku benci saat ini, tapi entah kenapa motorku tiba-tiba enggak mau jalan, terpaksa aku harus mendorongnya ke bengkel yang lebih jengkelnya lagi langit mendung seperti mau hujan deras, dengan cepat aku mendorong motorku sekuat tenaga agar aku tidak kehujanan dan bisa dengan cepat sampai di bengkel.
Saat telah sampai di bengkel betapa terkejutnya aku melihat andi bersama seorang wanita yang tak ku kenal tengah membeli minum di warung dekat bengkel, mereka terlihat sangat mesra, aku terheran-heran padahal baru tadi sore aku putus sama dia sekarang dia sudah mendapat yang baru, tak ku sangka ternyata di balik tampang polosnya menyimpan seribu keburukan, saat motorku sudah selesai diperbaiki aku langsung menjalankan motorku dengan kecepatan tinggi dan andi yang berada tak jauh dari tempat itu melihat ke arah motor yang ku kendarai.
Tanpa ku sadari hujan telah mengguyur tubuh ku, seraya aku menangis sambil menjalankan motorku ke arah pantai, aku meninggalkan motorku di parkiran dengan hujan yang masih mengguyur tubuh ku, aku berjalan dengan sangat lesu sambil menanggis aku mengitari pantai tempat dimana andi menyatakan perasaannya, saat mengingat masa lalu itu aku menjadi semakin kecewa, aku merasa sebagian dari hidup ku telah hilang, aku hanya bisa menanggis di bawah hujan, agar tak ada satu orang pun yang menyadari bila aku menanggis, aku masih sangat mencintainya meskipun dia telah menyakitiku tapi aku tak pernah bisa membencinya, karena rasa cintaku lebih besar dari benciku.
Cerpen Karangan: Ahmad Subandi
Facebook: Ahmad Subandi

Nama: Ahmad Subandi
Asal: Jakarta
Sekolah: Smk Taruna Karya
Umur:19

No comments:

Terimakasih, Atas Kunjungan Ke

Follow Me

berita populer